DIALEKTIKA AKAL DAN WAHYU: PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM

Samsuddin S* -  UIN Alauddin Makassar, Indonesia
Kurniati K -  UIN Alauddin Makassar, Indonesia
Misbahuddin M -  UIN Alauddin Makassar, Indonesia

DOI : 10.30863/ekspose.v22i2.2767

Islam in its form has two forms. First, Islam as an ideal transcendental religious system. That is as stated in various Islamic sciences which are the result of the interpretation or contextual understanding of the ulama' of the Qur'an and the example of the Prophet Saw. Second, Islam is reflected in the historical reality of Muslim culture, civilization and society. This means how Islam as a religion that contains divine teachings can be spoken and implemented by humans, so that to be able to translate the message of Allah through the Qur'an as a book of guidance for Muslims, it is necessary to have a thought or study of science to understand the message conveyed by the Qur'an, so that the Qur'an can be grounded in each of the heartstrings of Muslims.


Islam dalam wujudnya memiliki dua bentuk. Pertama, Islam sebagai sistem keagamaan yang bersifat transendental yang ideal. Yaitu sebagaimana tertuang dalam berbagai ilmu keislaman yang merupakan hasil interpretasi atau pemahaman secara kontekstual para ulama’ terhadap Al- Qur’an dan keteladanan Rasulullah Saw. Kedua, Islam yang tercermin dalam realitas sejarah kebudayaan, peradaban dan masyarakat muslim. Ini artinya bagaimana Islam sebagai agama yang memuat ajaran-ajaran Ilahi dapat dibahasakan dan dilaksanakan oleh manusia, sehingga untuk dapat menerjemahkan pesan Allah melaui Al-Qur’an sebagai kitab tuntunan umat Islam, maka perlu adanya suatu pemikiran atau kajian ilmu untuk memahami pesan yang disampaikan Al- Qur’an, sehingga Al-Qur’an dapat membumi di masing-masing hati sanubari umat Islam.


 

Keywords
Dialektika; Akal; Wahyu; Hukum Islam; Sosiologi Hukum
  1. Abdurrohman, Moh Asvin, and Sungkono Sungkono. “Konsep Arti Islam dalam al-Qur’an.” AL-MIKRAJ: Jurnal Studi Islam dan Humaniora (E-ISSN: 2745-4584) 2, no. 2 (2022): 51–64. https://doi.org/10.37680/almikraj.v2i2.1348.
  2. Firdaus, Muhamad Yoga, Izzah Faizah Siti Rusydati Khaerani, and Hanna Salsabila. “Diskursus Al-Qur’an dan Prosesi Pewahyuan.” Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 12, no. 1 (2022): 1. https://doi.org/10.24014/jiik.v12i1.16148.
  3. Mahmud, Abdul Halim. “Wahyu dan Akal dalam Perspektif al-Qur`an Oleh: Ade Wahidin, Abstraksi Akal Merupakan Instrumen Fundamental yang Allah swt. Ciptakan dalam Diri Manusia. dengan Akal, Seseorang dapat Bernalar, Menganalisis dan Melahirkan Ide-Ide Inovatif , Kr,” n.d., 262–92.
  4. Muhalling, Rusdin. “Konflik dan Ketegangan dalam Hukum Islam.” Al-’Adl 6, no. 1 (2013): 102–18.
  5. Muniroh, Badlatul. “Akal dan Wahyu.” Aqlania 9, no. 1 (2018): 41. https://doi.org/10.32678/aqlania.v9i01.2062.
  6. Riyani, Irma. “Proses Pembentukan Tatanan Masyarakat Islam.” Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2016.
  7. Sabara. “Polemik Akal dan Wahyu dalam Lanskap Pemikiran Islam (Antara Rasionalisme Vis a Vis Fideisme).” Aqidah-Ta: Jurnal Ilmu Aqidah 1, no. 1 (1998): 99–117.
  8. Sansan Ziaul Haq. “Fenomena Wahyu al-Quran.” Jurnal Al-Fanar 2, no. 2 (2020): 113–32. https://doi.org/10.33511/alfanar.v2n2.113-132.
  9. Syamsuddin, Mukhtasar. “Hubungan Wahyu dan Akal dalam Tradisi Filsafat Islam.” Arete 1, no. 2 (2013): 127–48. http://jurnal.wima.ac.id/index.php/ARETE/article/view/173.

Full Text:
Article Info
Submitted: 2022-06-08
Published: 2023-12-19
Section: Articles
Article Statistics: 237 882