AL-HÂJAT AL-AŞLIYYAH DAN HARTA TERBEBAS HUTANG SEBAGAI SYARAT WAJIB ZAKAT MÂL

Mustafa MH.* -  Fakultas Syariah dan Hukum Islam, IAIN BONE, Indonesia

DOI : 10.30863/alkharaj.v1i2.1961

Abstract

This article discusses the problem of al-hâjat al-aşliyyah and debt-free assets as a condition of compulsory zakat, which was put forward by scholars in the Mazhab Hanafiyyah. The goal is to avoid mistakes in imposing material religious obligations, such as zakat. Because the obligation of zakat should not be imposed on the poor. The results of the discussion are: First, the Mazhab Hanafiyyah explains the purpose of al-hâjat al-aşliyyah (excess basic needs), namely the fulfillment of survival needs (primary needs) and not secondary needs. Lastly, debt dependents that can cancel zakat obligations, namely debts that reduce the amount of niṣab, and debts related to basic needs and are due for payment.

Abstrak

Artikel ini membahas masalah al-hâjat al-aşliyyah dan harta bebas utang sebagai syarat wajib zakat, yang dikemukakan oleh para ulama di mazhab Hanafiyyah. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahan pembebanan kewajiban-kewajiban agama yang bersifat kebendaan, seperti zakat. Karena kewajiban zakat tidak boleh dibebankan kepada fakir miskin. Hasil pembahasan yaitu: Pertama, Mazhab Hanafiyyah menjelaskan tujuan al-hâjat al-aşliyyah (kelebihan kebutuhan dasar), yaitu pemenuhan kebutuhan kelangsungan hidup (kebutuhan primer) dan bukan kebutuhan sekunder. Terakhir, tanggungan utang yang dapat membatalkan kewajiban zakat, yaitu utang yang mengurangi jumlah niṣab, dan utang yang berkaitan dengan kebutuhan pokok dan sudah jatuh tempo pembayarannya.

 

 

Keywords
al-hâjat al-aşliyyah; Debt free; Zakat Terms.
  1. Abu Ubaid, Al-Amwāl, Beirut: Dār al-Fikr. 1988.
  2. Andi Sarjan, Keuangan Islam Publik, Teori, Praktek, dan Pengembangannya di Masa Kini. Watampone: Lukman al-Hakim Press, 2015.
  3. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV.Toha Putra, 1989
  4. Ibnu Kaṡir, Tafsir al-Qur’an al-Aẓim, Jilid. I, Cet. I; Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, 1994.
  5. Ibnu Rusyd, Bidāyat al-Mujtahid. Beirut: Dār al-Fikr, 1995.
  6. Imam Malik bin Anas, Al-Muwaṭṭa’. Cet. III; Beirut: Dār al-Fikr, 2002.
  7. Munawwir, Achmad Warson. Kamus al-Munawwir, Arab-Indonesia. Ed. I, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
  8. Purnomo, Hadi. Sumber-sumber Penggalian Zakat. Cet.II; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.
  9. Qarḍawiy, Yusuf. Fiqh al-Zakat, Terj. Salman Harun dkk, Hukum Zakat. Cet. II; Bogor: Pustaka litera AntarNusa, 2004.
  10. al-Zuhailiy, Wahbah. Al-Fiqh al-Islāmi wa ‘Adillatuhu. Terj. Agus Efendi dan Bahruddin Fananny, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1997.
  11. Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: CV Haji Masagung, 1989.

Full Text:
Article Info
Submitted: 2021-11-03
Published: 2021-11-05
Section: Articles
Article Statistics: 585 432